Kamis, 10 Desember 2015

MENJADI GURU YANG TANGGUH


Part 1

Kita mengajar hanyalah ingin agar anak murid kita mengerti dengan pelajaran yang kita sampaikan. Niat tulus untuk menyiapkan generasi kedepan agar dapat bersaing dengan bangsa lain. Setidaknya mereka mempunyai bekal untuk menjadi pegangan mereka kelak. Tapi terkadang ada beberapa kejadian, anak-anak tidak care dengan keadaan mereka sendiri. Belajar merupakan beban buat mereka. Diawali dengan ketidak kesiapan mereka menerima pelajaran. Kita lihat mereka masuk kedalam kelas dengan kondisi yang belum siap. Baju yang belum rapi, dandanan yang kusut, dan ekspresi muka yang tidak mood. Berlanjut pada buku pelajaran, waduh,  yang ini terkadang paling parah. Buku cacatan yang tertinggal, buku tugas yang tidak dibawa, dan bahkan pena pun tidak punya. Dan ketika belajar, anak-anak seperti inipun tidak akan mengikuti pelajaran dengan baik.

Mungkin
dengan nasehat dan teguran, akan bisa merubah keadaan mereka. Jika dua hal tersebut tidak mempan terakhir mungkin dengan ancaman. Ancamannya bisa berupa hukuman atau panggil orang tua.
Saya berharap ini hanya terjadi disekolah saya, bukan disekolah bapak & ibu. Namun jika hal ini juga terjadi ditempat bapak/ibu, berarti saya tidak sendirian.
Ilustrasi
sumber gambar: mautidakmauharausmau.blogspot.com
Memang tidak semua siswa seperti itu, dan kebanyakan pelakunya adalah siswa putra.
Sebenarnya saya tidak punya solusi untuk mengatasi hal ini. Karena situasi dan kondisi kita tentu berbeda. Saya hanya ingin berbagi saja. Terkadang saya merasa miris melihatnya, terbayang dalam pikiran saya bagaimana kita ingin bersaing dengan negara lain kalau generasi yang saya didik seperti ini. Ah,,,, itu terlalu muluk sepertinya, yang sederhana saja. Bagaimana mereka membangun negerinya sendiri, membangun desanya kalau mereka saja tidak peduli dengan diri mereka sendiri, terutama kepeduliaan mereka dengan pendidikannya.

Mereka terkadang  mengatakan bosan. Ah… apakah benar sekolah ini begitu membosankan? Saya mencoba flashback ke masa-masa lalu saya. Ketika saya masih seusia mereka. Memang benar, saya dulu juga merasakan apa yang mereka rasakan saat ini. Sekolah ini terkadang begitu membosankan. Ya benar, sekolah ini begitu membosankan.

Tapi setelah saya renungkan kembali, apakah hal ini dapat kita benarkan? Sebegitu mudahkah kita ditaklukkan oleh rasa bosan ini? Tidak, ini tidak dapat dibenarkan.

Jika menghadapi situasi yang demikian tentunya kita sering menjadi bosan dan putus asa, sehingga proses pembelajaran yang kita lakukan tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Untuk itu bapak dan ibu guru yang mulia, sebelum kita menghadapi situasi yang demikian kita juga harus membentengi diri kita terlebih dahulu. Salah satu caranya yaitu dengan membangun kesadaran dalam diri kita. Apa tujuan kita berada disini? Mari sama-sama kita tata kesadaran dalam diri kita sebelum kita memulai proses pembelajaran. Setelah kita mempunyai kesadaran yang tidak tergoyahkan, selanjutnya membekali juga diri kita dengan motivasi yang menggelora, agar kita bisa menularkan motivasi itu kepada anak didik kita.

Tidak semua murid dikelas tidak care dengan diri mereka, banyak juga yang datang dengan penuh kesiapan. Dan mereka pasti akan mengikuti pelajaran dengan fresh, dan tentu saja tidak LOLA (loading lambat). Lalu apakah kita hanya fokus ke mereka saja dalam menyampaikan materi pelajaran. Toh mereka-mereka inilah yang datang kesekolah dengan tujuan untuk mencari ilmu. Lain dengan kasus yang diatas.
Terkadang saya juga berpendapat seperti itu. Bukan salah saya kalau saya berpendapat dan bertindak seperti itu bagi mereka yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik tidak mengerti dengan pelajaran mereka.
Berbagai pikiran berkecamuk dalam diri saya. Antara beban moral dengan kondisi dikelas yang demikian rupa.

Saya fikir memang tidak tepat juga jika kita mengabaikan mereka yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Namun perlu diingat juga, bahwa siswa yang mengikuti pelajaran dengan baik dan faham dengan pelajaran juga berhak untuk mendapatkan ilmu yang lebih. Mencari keseimbangan diantara keduanya menjadi tugas kita bersama.

Dikarenakan seorang guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik jika didukung dengan kondisi kelas yang baik juga. Sehingga menjadi tugas guru untuk mengondisikan kelasnya senyaman mungkin dahulu. Untuk dapat melakukan hal itu tentunya tidak bisa kita lakukan dengan instan atu dengan mudah. Kita perlu melakukan observasi tentang keadaan kelas kita terlebih dahulu. Dan tentunya hal itu dapat kita lakukan dengan lebih baik jika didukung dengan pengalaman dan pengetahuan tentang pembelajaran yang kita miliki. Pengalaman dan pengetahuan itu tidak harus dengan lamanya jam terbang kita dalam mengajar. Itu semua bisa kita peroleh dengan membaca buku yang berhubungan dengan pembelajaran, baik itu tentang motivasi belajar, teknik mengajar, metode pembelajaran, inspirasi mengajar, dan masih banyak yang lain lagi.


Kita terkadang terfokus pada penyelasaian materi belajar dalam satu semester. Pendapat saya pribadi, tidaklah usah kita fokus pada mengejar penyelesaian materi. Untuk apa materi habis kita sampaikan, tapi yang didapat anak-anak kita tidak ada? Biarlah sedikit asal mereka mengerti. Dan bisa. Tanggung jawab kita saya rasa bukan sekedar menghabiskan materi. Lebih dari itu, perkembangan akhlak anak didik juga menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang guru. Sehingga dikhawatirkan jika kita fokus pada penyelesaian materi saja, pendidikan akhlak anak didik kita menjadi terabaikan dan dikesampingkan. Padahal tujuan kita mendidik yang terutama adalah memperbaiki dan meningkatkan akhlak mereka. Dan tentunya kita iringi dengan membekali mereka dengan pengetahuan yang berguna, bukan sekedar teori saja, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar