Sabtu, 26 Desember 2015

MENJADI GURU YANG TANGGUH Part 2-Habis


Permasalahan guru pasti sangata kompleks. Dari yang bergaji Rp. 300,000 sampai dengan yang bergaji Rp. 3,000,000. Dari yang sudah mendapatkan sertifikasi, namun masih ada yang berkutat untuk mendapatkan NUPTK. Namun apapun permasalahan yang sedang kita hadapi, kita harus tetap dapat menjadi contoh dan mampu untuk dijadikan contoh oleh peserta didik kita.
gambar: Jack Ma, seorang miliarder pendiri Alibaba pernah menjadi guru bahasa Inggris dengan gaji hanya USD12-15 atau sekitar Rp. 150,000- Rp.230,000/Bulan. sumber :http://tekno.liputan6.com
Jika sudah  berhadapan
dengan kondisi siswa dikelas, kita semua guru mempunyai permasalahan yang sama, yaitu adanya beberapa siswa kita yang bisa membuat kepala kita terkena migrain seketika. Disitu peran kita sebagai seseorang yang patut diteladani dibutuhkan. Bagaimana sikap kita dalam mengontrol emosi, dalam keadaan emosi kita bersikap seperti apa, semua itu akan direkam oleh peserta didik kita, baik langsung maupun tidak langsung. Karena disaat kita mengajar, sebenarnya kita tidak hanya sedang memberi pengetahaun yang bersifat ekademis saja kepada kita. Namun kita juga sedang memdidik jiwa-jiwa mereka. Apa yang kita visualisasikan kepada mereka akan mereka ingat seumur hidup mereka. Tentu kita masih ingat bukan, bagaimana sikap guru-guru SD kita, padahal sudah berapa tahun kita tidak berjumpa dengan mereka. Itu membuktikan bahwa perilaku guru-guru kita juga mendidik karakter kita saat ini.

Sehingga seorang guru harus mampu memvisualisasikan diri mereka dengan sebaik mungkin. Seberapapun emosi kita dalam menghadapi tingkah mereka seorang guru harus mampu menyalurkan emosinya dengan santun, dengan cara yang santun juga.

Seorang guru yang merespon perilaku siswa yang negatif dengan penuh kesabaran namun tidak menghilangkan wibawa dia sebagai seorang guru, itulah yang akan diserap dan ditiru oleh jiwa-jiwa penuh kehausan anak-anak didik kita. Tidak peduli oleh siswa yang berilaku negatif maupun oleh mereka yang penurut. Perilaku negatif yang mereka tunjukkan, mungkin hanya dikarenakan mereka ingin memvisualisasikan gejolak hati mereka.

Seorang guru boleh menunjukkan sisi lemah mereka, tetapi disaat mengadu kepada Allah, tuhan semesta alam. Jika menunjukkan sisi lemah kita kepada anak didik kita, maka kita akan kehilangan separo peran kita sebagai seorang pendidik. Tidak menunjukkan sisi lemah bukan berarti harus garang atau galak. Bukan juga harus kuat adu panco atau adu otot dengan anak didik kita.

Sisi kuat yang harus kita tunjukkan adalah kuat dari sisi kasih sayang, kuat dalam istiqomah menasehati, kuat dalam disiplin, kuat dalam sabar, kuat dalam mengontrol emosi. Dan masih banyak lagi. Kuat dalam sisi positif itulah yang harus kita tampilkan.

Seorang guru adalah seorang pendidik. Bukan sekedar mendidik otak mereka, namun juga mendidik hati mereka. Mendidik hati berarti mendidik kepribadian mereka. Mendidik untuk menjadi pribadi yang percaya diri dan bertanggung jawab. Dan itu tidak bisa kita lakukan jika kita menampilkan sisi lemah kita. Sisi lemah, yang secara tidak langsung kita tampilkan kepada mereka disaat kita pasrah menyerah melihat tingkah mereka yang terkadang sangat over. Kita membiarkan mereka disaat mereka tidak mengerjakan PR secara terus menerus. Kita membiarkan mereka tidak mengerjakan tugas berarti kita mendidik mereka untuk tidak bertanggung jawab. Menindak siswa yang tidak mengerjakan tugas berarti kita telah mengenalkan mereka akan resiko dan konsekwensi. Agar tidak timbul rasa dendam dalam diri anak murid kita, ada baiknya setelah kita menindak mereka, kita sampaikan tujuan kita menindak mereka. Agar mereka mengerti bahwa dalam kehidupan ini, dalam kehidupan mereka kelak apabila tidak mengerjakan tugas dan kewajiban mereka maka mereka akan memperoleh resiko yang harus mereka tanggung.


Apapun dan bagaimanapun tingkah anak didik kita, kita harus dapat mengajari nilai-nilai positif bagi mereka. Agar mereka siap untuk menjadi pribadi yang unggul dalam kehidupan yang mereka jalani, terlepas jadi apa mereka kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar