Senin, 31 Agustus 2015

GURU GADUNGAN part 1




MENJADI SEORANG GURU


Kita selalu berharap bahwa kita menjalani suatu profesi mesti yang berhubungan dengan latar pendidikan yang kita miliki. Sarjana ekonomi di perbankan atau bagian keuangan, sarjan teknik di proses produksi, sarjana keguruan ya menjadi guru, dan sarjana manajemen ya dikantor. Menjalani profesi yang masih berkaitan dengan pendidikan yang kita miliki pasti akan membuat kita semangat dan bergairah dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Saya selalu membayangkan, tentu sangat menyenangkan apabila setelah lulus kuliah kita memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan latar pendidikan kita, dan dengan jenis pekerjaan yang kita harapkan tentunya. Namun, sebagian relita yang kita alami tidaklah seperti itu. Banyak diantara kita memperoleh pekerjaan yang tidak berkaitan dengan pendidikan diperguruan tinggi yang kita pilih. Dan sebagian dari kita memilih menjadi pengangguran.


Sebenarnya tidak sulit bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang saya miliki. Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki. Kalaupun ingin mengandalkan relasi toh saya juga punya. Namun jika saya memperoleh pekerjaan  sekedar mengandalkan relasi batin saya merasa kurang puas. Tidak jadi masalah sebenarnya karena itu merupakan salah satu cara kita memperoleh pekerjaan. Yang penting masih dijalur yang dibenarkan. Ini hanya masalah kata hati dan kepuasan saja. Sedangkan untuk membuat lamaran kerja, saya juga agak kurang semangat mengurus persyaratannya. Jadinya ya saya dibuat bingung sendiri dengan keinginan diri sendiri.

Gambar suasana kantor diawal merintis sekolah yang tanpa fasilitas meja dan kursi guru

Memang tidak ada salahnya jika kita menjalani suatu profesi yang tidak ada kesesuaian dengan latar belakang pendidikan kita. Toh semuanya bisa kita pelajari sambil lalu. Yang penting kita ada kemauan. Tapi tentu memerlukan adaptasi terlebih dahulu. Saya yakin dengan pengalaman kita dikampus, kita dapat beradaptasi dengan sesuatu yang baru dengan cepat. Hanya saja menjalani profesi yang tidak sesuai dengan kualifikasi, saya kira seperti berjalan melewati jalan yang belum pernah dilalui dan kita takut tersesat, tapi karena jalan itu kita lalui setiap hari, kita akhirnya hafal dan terbiasa juga.

Sepertinya itulah yang terjadi dengan saya. berlatarkan sarjana teknik, namun profesi yang saya jalani adalah menjadi seorang guru. Memang sewaktu masih remaja dikampung dulu saya senang mengajari anak-anak mengaji, namun tidak ada niat untuk menjadi seorang guru.

Niat awalnya sih hanya sekedar mengisi waktu luang dahulu, dari pada menganggur. Karena waktu itu saya tidak mempunyai pekerjaan apapun, selain baru sebulan wisuda saya juga baru saja menikah. Sampai saat ini saya tidak habis fikir mengapa begitu nekatnya saya menikah tanpa ada kejelasan penghasilan sedikitpun. Jadi setengah terpaksa saya terima profesi menjadi guru ini. Terus terang pada dasarnya saya tidak ingin menjadi seorang guru, karena saya fikir profesi ini sangat sulit untuk dijalani. Saya bayangkan saat-saat saya menjadi seorang murid dulu, yang selalu ingin berontak dan sedikit tidak mau terlalu diatur, apalagi dipaksa. Masih teringat jelas dibenak kepala bagaimana dahulu saya menyembunyikan kapur tulis untuk pelajaran khot (seni menulis indah Al_Qur’an), hanya karena saya tidak menyukai pelajaran tersebut. Dengan menjadi seorang guru pasti hari-hari yang akan saya jalani sangat tidak menyenangkan. Selain harus  menjelaskan materi kepada anak-anak, yang belum tentu mereka mau memperhatikan, apalagi ingin mengerti . Kita juga harus menyelesaikan urusan administrasi lainnya.

Pada awalnya saya mengajar matematika. Ah tidak sulit, saya fikir... Toh masih ada kesesuaian dengan latar pendidikan. Masa sarjana teknik tidak bisa matematika, kan tidak mungkin, wong setiap hari itu yang diotak-atik dikampus. Malah sampai 8 SKS mungkin.

Tapi nyatanya kesulitan itu memang tetap ada. Karena materi matematika yang saya pelajari tidak sama dengan materi matematika pendidikan menengah. Saya baru sadar, matematika yang saya pelajari dikampus mungkin lebih mengarah ke aplikatif ketimbang sekedar teori dasar. Wah, saya harus mempelajari lagi nih. Tidak membutuhkan waktu lama memang, tapi sempet membuat saya cukup down dihari pertama saya mengajar.

Karena kesulitan-kesulitan yang saya dapati dikelas, saya langsung mencari alibi atau alasan yang pas, setidaknya untuk menghibur diri sendiri. Ah, sayakan bukan dari jurusan keguruan, pantas dong saya tidak bisa menjelaskan dengan baik, wajar anak-anak pada ribut sendiri. Pendapat saya waktu itu seorang sarjana keguruan pasti akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang saya hadapi ini dengan mudah.

Telah beberapa bulan saya mengajar, namun saya belum juga mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang saya dapati dikelas tersebut. Dan ini cukup membuat rasa malas saya muncul. Kalau bukan karena dorongan dan sedikit paksaan dari istri pasti saya telah berhenti dari aktivitas mengajar ini. Dikarenakan kesulitan-kesulitan itu tidak juga dapat saya atasi,  terus terang saya menjadi bosan putus asa, dan pada akhirnya kesimpulan yang sangat manis itu saya dapatkan, “saya inikan bukan guru sejati, saya hanya sekedar seorang sarjana teknik yang kebetulan menjadi guru, namun seorang GURU GADUNGAN”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar