Senin, 07 September 2015

GURU GADUNGAN part 4

                                             


MENJADI KEPALA SEKOLAH
 Walau pun beberapa orang diantara kami telah mengundurkan diri dari guru, keesokan harinya kami tetap datang kesekolah. Hal ini dikarenakan kami mengetahui kalau kami tidak hadir kesekolah maka sekolah akan kacau. Dan kami juga tahu, walaupun kepala sekolah telah mempersilahkan kami mengundurkan diri, beliau tetap tidak akan dapat hadir kesekolah secara rutin, karena beliau harus menunaikan kewajibannya dulu sebagai guru pegawai negeri sipil. Kami tahu bahwa beliau pasti memilih untuk mendahulukan pekerjaannya, dari pada mengurus sekolah. Untuk hal ini sebenarnya kami dapat memakluminya, karena kami juga tahu kalau kami sama-sama membutuhkan penghidupan. Karena itulah kami tetap datang kesekolah, bukan karena demi penghidupan, tapi dikarenakan kepedulian dan tanggung jawab kepada masyarakat yang telah mempercayakan anak-anaknya bersekolah dimadrasah ini.


Setiap guru yang telah mengundurkan diri datang ke kantor, selalu menceritakan kejadian dihari kami berdebat dengan kepala sekolah dan pernyataan pengunduran kami kepada rekan-rekan guru yang lain. Tentu guru-guru yang tidak hadir dihari itu merasa keberatan karena tidak mungkin sekolah itu akan mereka kelola sendiri dengan keadaan yang demikian.

Secara administrasi, atau struktur organisasi, sekolah ini dibawah naungan desa, bukan dibawah yayasan tertentu (hal ini dikemudian hari juga membuat kami repot). Sehingga kabar pengunduran kami sampai juga kepada pihak desa. Waktu itu jabatan kepala desa dipimpin oleh penanggung jawab (PJ) desa, bapak Suroso Hadi (kelak bapak ini menjadi kepala desa definitif).

Merasa mempunyai tanggung jawab terhadap eksistensi madrasah ini bapak Suroso Hadi berinisiatif menengahi perbedaan pendapat diantara kepala sekolah dengan para guru yang telah mengundurkan diri tersebut. Berulang kali kami rapat. Tapi keputusan kami tetap bulat, kami tetap akan mengundurkan diri. Bapak Suroso kemudian bertanya “ada tidak solusi lain selain kalian mengundurkan diri?
Kami jawab ada pak, yaitu Ibu kepala madrasah harus mengundurkan diri atau diganti. Jika kepala madrasahnya tetap Ibu itu, kami tidak ada tawaran lain.

Setelah melalui proses yang agak njlimet, akhirnya bapak Suroso mengeluarkan surat pemberhentian kepala madrasah. Untuk sementara kendali madrasah dipegang oleh bapak PJ, hal ini dilakukan untuk menghindari sentimen negatif dari masyarakat.

Kami bertahan dengan pendirian kami bukan tanpa alasan. Memang terkesan keras, tapi hal itu harus kami lakukan. Setelah bertahun-tahun kami menjalankan madrasah ini, kami rasa bukan ketenangan yang kami dapat, tapi kerisauan yang terus melanda. Dan kepala madrasah dalam menjalankan roda organisasi terkesan pendapat beliau yang harus dituruti. Tentu hal ini tidak bisa kami terima, mengingat kami mengajar dimadrasah ini tanpa ada kejelasan honor. Sebenarnya hal itu tidak jadi masalah, asalkan madrasah ini jelas arahnya kemana, kami bisa menerimanya.

Setelah jabatan kepala madrasah dipegang oleh bapak PJ desa, kami mulai melakukan perbaikan-perbaikan internal terlebih dahulu, sesuai dengan arahan beliau tentunya. Tidak lama bapak Suroso menjabat kepala madrasah, kurang dari 2 bulan. Setelah itu bapak PJ rapat dengan kami untuk mencari kepala madrasah yang tetap. Awalnya kami ingin bapak Erik yang menjadi kepala madrasah, tapi beliau tidak bersedia dengan alasan beliau sibuk dengan urusan yang lain. Setelah melewati beberapa pertimbangan, akhirnya saya ditunjuk sebagai kepala madrasah tetap. Bukan jabatan atau pekerjaan yang menyenangkan sebenarnya. Mengingat banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tapi demi keberlangsungan madrasah ini, akhirnya jabatan itu saya terima, tidak dengan senyum tentunya.

Langkah pertama yang saya lakukan, bersama-sama dengan rekan guru lainnya tentunya adalah penyelesaian pergantian rekening sekolah. Tapi ternyata ini juga tidak mudah, sampai bapak camat harus turun tangan pula. Sebenarnya bukan sesuatu yang membanggakan, tapi kalau sudah terdesak, saya pikir tidak masalah, toh tujuannya demi kebaikan. Untuk hal yang ini, saya say thanks more buat bapak camat kami, mr. Zainal Abidin (maaf pak, gelarnya saya tidak ingat).

Dan perbaikan-perbaikan lainnya terus kami lakukan, laporan bulanan ke UPTD, hubungan dengan masyarakat, dengan kemenag dan dengan pihak-pihak lain yang mendukung kemajuan madrasah ini. Dan Alhandulillah, kurang dari satu tahun, madrasah kami mulai beranjak dan menunjukkan eksistensinya.
Thanks buat semua pihak yang telah terlibat. NOW, HERE WE ARE....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar