MENJADI
KEPALA SEKOLAH
Walau pun beberapa orang diantara kami telah
mengundurkan diri dari guru, keesokan harinya kami tetap datang kesekolah. Hal
ini dikarenakan kami mengetahui kalau kami tidak hadir kesekolah maka sekolah
akan kacau. Dan kami juga tahu, walaupun kepala sekolah telah mempersilahkan
kami mengundurkan diri, beliau tetap tidak akan dapat hadir kesekolah secara
rutin, karena beliau harus menunaikan kewajibannya dulu sebagai guru pegawai
negeri sipil. Kami tahu bahwa beliau pasti memilih untuk mendahulukan
pekerjaannya, dari pada mengurus sekolah. Untuk hal ini sebenarnya kami dapat
memakluminya, karena kami juga tahu kalau kami sama-sama membutuhkan
penghidupan. Karena itulah kami tetap datang kesekolah, bukan karena demi penghidupan, tapi dikarenakan
kepedulian dan tanggung jawab kepada masyarakat yang telah
mempercayakan anak-anaknya bersekolah dimadrasah ini.
Setiap guru yang telah mengundurkan diri datang ke kantor, selalu menceritakan kejadian dihari kami berdebat dengan kepala sekolah dan pernyataan pengunduran kami kepada rekan-rekan guru yang lain. Tentu guru-guru yang tidak hadir dihari itu merasa keberatan karena tidak mungkin sekolah itu akan mereka kelola sendiri dengan keadaan yang demikian.
Secara administrasi, atau struktur organisasi, sekolah ini dibawah naungan
desa, bukan dibawah yayasan tertentu (hal ini dikemudian hari juga membuat kami
repot). Sehingga kabar pengunduran kami sampai juga kepada pihak desa. Waktu itu
jabatan kepala desa dipimpin oleh penanggung jawab (PJ) desa, bapak Suroso Hadi
(kelak bapak ini menjadi kepala desa definitif).
Merasa mempunyai tanggung jawab terhadap eksistensi madrasah ini bapak
Suroso Hadi berinisiatif menengahi perbedaan pendapat diantara kepala sekolah
dengan para guru yang telah mengundurkan diri tersebut. Berulang kali kami
rapat. Tapi keputusan kami tetap bulat, kami tetap akan mengundurkan diri. Bapak
Suroso kemudian bertanya “ada tidak solusi lain selain kalian mengundurkan
diri?
Kami jawab ada pak, yaitu Ibu kepala madrasah harus mengundurkan diri atau
diganti. Jika kepala madrasahnya tetap Ibu itu, kami tidak ada tawaran lain.
Setelah melalui proses yang agak njlimet, akhirnya bapak Suroso
mengeluarkan surat pemberhentian kepala madrasah. Untuk sementara kendali
madrasah dipegang oleh bapak PJ, hal ini dilakukan untuk menghindari sentimen
negatif dari masyarakat.
Kami bertahan dengan pendirian kami bukan tanpa alasan. Memang terkesan
keras, tapi hal itu harus kami lakukan. Setelah bertahun-tahun kami menjalankan
madrasah ini, kami rasa bukan ketenangan yang kami dapat, tapi kerisauan yang
terus melanda. Dan kepala madrasah dalam menjalankan roda organisasi terkesan
pendapat beliau yang harus dituruti. Tentu hal ini tidak bisa kami terima,
mengingat kami mengajar dimadrasah ini tanpa ada kejelasan honor. Sebenarnya
hal itu tidak jadi masalah, asalkan madrasah ini jelas arahnya kemana, kami
bisa menerimanya.
Setelah jabatan kepala madrasah dipegang oleh bapak PJ desa, kami mulai
melakukan perbaikan-perbaikan internal terlebih dahulu, sesuai dengan arahan
beliau tentunya. Tidak lama bapak Suroso menjabat kepala madrasah, kurang dari
2 bulan. Setelah itu bapak PJ rapat dengan kami untuk mencari kepala
madrasah yang tetap. Awalnya kami ingin bapak Erik yang menjadi kepala
madrasah, tapi beliau tidak bersedia dengan alasan beliau sibuk dengan urusan
yang lain. Setelah melewati beberapa pertimbangan, akhirnya saya ditunjuk
sebagai kepala madrasah tetap. Bukan jabatan atau pekerjaan yang menyenangkan
sebenarnya. Mengingat banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Tapi demi
keberlangsungan madrasah ini, akhirnya jabatan itu saya terima, tidak dengan
senyum tentunya.
Langkah pertama yang saya lakukan, bersama-sama dengan rekan guru lainnya
tentunya adalah penyelesaian pergantian rekening sekolah. Tapi ternyata ini
juga tidak mudah, sampai bapak camat harus turun tangan pula. Sebenarnya bukan
sesuatu yang membanggakan, tapi kalau sudah terdesak, saya pikir tidak masalah,
toh tujuannya demi kebaikan. Untuk hal yang ini, saya say thanks more buat
bapak camat kami, mr. Zainal Abidin (maaf pak, gelarnya saya tidak ingat).
Dan perbaikan-perbaikan lainnya terus kami lakukan, laporan bulanan ke
UPTD, hubungan dengan masyarakat, dengan kemenag dan dengan pihak-pihak lain
yang mendukung kemajuan madrasah ini. Dan Alhandulillah, kurang dari satu
tahun, madrasah kami mulai beranjak dan menunjukkan eksistensinya.
Thanks buat semua pihak yang telah terlibat. NOW, HERE WE ARE....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar