Kita terkadang
beranggapan, bahwa anak-anak datang kesekolah selalu dengan penuh semangat.
Siap menerima apapun yang akan kita sampaikan dikelas. Sehingga dengan anggapan
seperti itu kita selalu menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan sisi
kesiapan mereka.
sumber gambar : http://www.munsypedia.com
Atau terkadang
kita sudah mengetahui bahwa anak murid datang kesekolah dengan kesiapan mental
yang kurang, namun kita tetap menyampaikan materi pelajaran, langsung ke materi
tanpa ada motivasi. Karena hanya ingin manargetkan penyelesaian materi.
Namun pernahkah
kita berfikir, bahwa apa yang kita sampaikan itu hanya akan mendapatkan
kesia-siaan belaka? Kalaupu tidak demikian, hasil yang diperoleh tidak seperti
apa yang kita harapkan. Memang kita tidak bisa membuat seseorang menjadi
pandai. Karena itu memang hak prerogatif Allah. Tapi apakah kita tidak bisa
mencari cari cara lain agar apa yang kita sampaikan tidak sia-sia?
Siswa tidak mood
dengan pelajarannya mungkin memang mereka tidak mengerti apa yang harus mereka
lakukan dengan pelajaran mereka. Sekedar mengerti dan memahami pelajaran saja
mungkin belum menarik bagi mereka. Mereka tidak semangat karena mereka tidak
mempunyai alasan untuk melakukan itu. Dan mereka tidak tahu bagaimana harus
menemukan semangat dalam diri mereka. Sekedar kata-kata “semangat, semangat”
belum cukup untuk memantik cahaya kesiapan dalam mata mereka.
Lalu apa yang
harus kita lakukan agar api semangat itu muncul dari dalam hati mereka, dalam
hari-hari mereka menuntut ilmu?
Kita sebagai
seorang gurulah harapan untuk bisa mamantikkan api semangat itu. Orang yang hampir
setengah waktu bergaul dalam kehidupan mereka, kita harus bisa memacu semangat
itu muncul dalam dada mereka.
Memotivasi
mereka bisa kita lakukan sebelum memulai pelajaran. Seorang guru harus bisa
menyemai kata-kata motivasi bagi anak didik mereka. Meskipun kita ini bukanlah
seorang motivator ulung sekelas Mario Teguh. Bagaimana memotivasi anak didik
dapat kita cari cara-caranya di Internet, salah satunya di blog gurugadungan
ini he he he…
Budaya memotivasi
anak ini perlu kita biasakan dan kita budayakan. Setidaknya 5 menit sebelum
memulai pelajaran, atau 5 menit sebelum pelajaran selesai. Seperti program
menteri pendidikan dan kebudayaan kita, Anies Baswedan, untuk meningkatkan
minat membaca anak maka seorang guru perlu menerapkan budaya membaca buku 15
menit diawal pelajaran. Program yang sangat berat untuk dijalankan, namun jika
berhasil akan membawa hasil yang sangat besar.
Begitu banyaknya
waktu yang kita habiskan untuk memacu semangat membaca anak, ditambah lagi 5
menit untuk motivasi, bukankah kita akan kehabisan waktu untuk menyelesaikan
materi pelajaran?
Para guru Indonesia yang hebat, menghabiskan materi pelajaran itu bukan tugas kita. Itu tugas anak didik kita. Kita hanya membantu dan menjadi mediator saja. Sekuat apapun upaya kita untuk menghabiskan materi pelajaran, namun jika anak didik tidak mempunyai motivasi untuk menyelesaikannya maka akan sia-sia saja. Memang praktek yang kita jalankan tidak semudah tulisan ini. Tapi tidak ada salahnya jika mencoba dan membiasakannya. Bukankah ini juga sebagai ajang latihan untuk meningkatkan kwalitas diri kita. Inilah ladang yang sangat subur bagi kita untuk membuktikan bahwa kita mampu tidak hanya dari sisi materi saja, namun kita juga mampu dari segi aplikatif. Inilah teater untuk mengaktualkan semangat jiwa muda kita yang dulu menggebu-gebu.
Para guru Indonesia yang hebat, menghabiskan materi pelajaran itu bukan tugas kita. Itu tugas anak didik kita. Kita hanya membantu dan menjadi mediator saja. Sekuat apapun upaya kita untuk menghabiskan materi pelajaran, namun jika anak didik tidak mempunyai motivasi untuk menyelesaikannya maka akan sia-sia saja. Memang praktek yang kita jalankan tidak semudah tulisan ini. Tapi tidak ada salahnya jika mencoba dan membiasakannya. Bukankah ini juga sebagai ajang latihan untuk meningkatkan kwalitas diri kita. Inilah ladang yang sangat subur bagi kita untuk membuktikan bahwa kita mampu tidak hanya dari sisi materi saja, namun kita juga mampu dari segi aplikatif. Inilah teater untuk mengaktualkan semangat jiwa muda kita yang dulu menggebu-gebu.
Jika api
semangat itu terpancar dari bola mata mereka, materi itu akan mudah untuk
diselesaikan.
Mari kita
buktikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar